-->

Biografi Sunan Kalijaga (Pangeran Santi Kusumo) Penyebar Islam di Pulau Jawa

Sunan Kalijaga terlahir pada tahun 1450 Masehi di Tuban. Beliau wafat di Kadilangu, Demak pada tahun 1513 Masehi.

Sunan Kalijaga menjadi salah satu Wali Songo yang mengajarkan agama Islam melalui kesenian. Jenis seni yang populer digunakan oleh Sunan Kalijaga adalah wayang.

Sunan Kalijaga terlahir pada tahun 1450 Masehi di Tuban. Beliau wafat di Kadilangu, Demak pada tahun 1513 Masehi.

Ayahnya seorang bangsawan bernama Raden Ahmad Sahuri yang merupakan Adipati Tuban VIII. Sedangkan ibunya adalah putri dari Raden Kidang Telangkas yakni Dewi Nawang Arum.

Beliau sangat berperan penting dalam penyebaran agama Islam, tak hanya di kawasan Jawa Tengah, tapi juga Jawa Barat. Hal ini diperkuat dengan keikutsertaannya dalam pembangunan Masjid Agung Cirebon dan Masjid Agung Demak.

Nama Asli Sunan Kalijaga

PANGERAN SANTI KUSUMO
PANGERAN SANTI KUSUMO

Sunan Kalijaga memiliki nama asli Pangeran Santi Kusumo. Berhubung beliau adalah anak adipati Tuban, maka namanya pun memiliki gelar sebagai Raden Mas Syahid.

Penyematan nama Sunan Kalijaga ini ada alasannya. Jadi pada saat beliau menjadi murid Sunan Bonang, Sunan Bonang mencoba mengetes kegigihannya. Caranya dengan menyuruh Sunan Kalijaga untuk menjaga tongkat Sunan Bonang yang sengaja ditancapkan di pinggir kali.

Sunan Kalijaga pun menjaga tongkat tersebut selama berhari-hari tanpa meninggalkan tempatnya hingga Sunan Bonang datang kembali mengambil tongkatnya.

Dari sinilah Sunan Bonang memberikan nama Sunan Kalijaga karena telah menjaga tongkat yang ditancapkan di pinggir kali.

Ada juga yang mengatakan kalau nama Sunan Kalijaga ini didapat karena di awal-awal masa berdakwahnya, beliau memilih lokasi di Desa Kalijaga dengan mayoritas penduduknya yang merupakan orang Indramayu dan Pamanukan.

Berhubung tempat berdakwah pertamanya ini adalah Desa Kalijaga, maka nama Kalijaga pun disematkan kepada beliau.

Selain julukan sebagai Sunan Kalijaga, beliau juga menyandang banyak nama karena mahir dalam mendalang. Beberapa julukan yang didapat adalah Ki Dalang Sida Brangti, Ki Dalang Bengkok, Ki Dalang Kumendung, dan Ki Unehan.

Tapi ada satu nama yang akan mengingatkan Sunan Kalijaga akan sejarah kelam kehidupannya, yakni nama Lokajaya. Sunan Kalijaga mendapatkan nama tersebut karena dulunya beliau ini gemar merampok dan membunuh orang.

Awalnya Seorang Berandalan yang Bertobat

Di masa mudanya, Sunan Kalijaga memang merupakan seorang berandalan yang sangat suka melakukan kejahatan seperti merampok hingga membunuh orang.

Perilaku yang dimilikinya ini sebenarnya ada alasannya. Pada waktu itu, beliau merasa tidak terima dengan pemerintahan yang ada di Tuban.

Para rakyat jelata kelaparan karena mengalami kemarau panjang, tapi pemerintah Tuban justru menarik pajak dan upeti dari mereka.

Oleh karena itu, sebagai bentuk protes, makam Sunan Kalijaga memutuskan untuk merampok harta para bangsawan dan pejabat.

Harta rampasan tersebut tidak semerta-merta dinikmati oleh Sunan Kalijaga, tetapi beliau akan membagikannya kepada rakyat jelata.

Pernah Merampok Sunan Bonang

Biografi dan Sejarah Sunan Kalijaga

Perilaku tidak terpujinya ini pun berhenti setelah beliau bertemu Sunan Bonang.

Pertemuan keduanya ini bisa dikatakan merupakan pertemuan yang tidak menyenangkan karena waktu itu Sunan Kalijaga berniat untuk merampok Sunan Bonang yang sedang lewat di daerah Tuban.

Setelah Sunan Kalijaga bercerita mengenai alasannya merampok, Sunan Bonang justru memarahinya dan melarangnya untuk melakukan hal tersebut lagi.

Sunan Bonang mengerti maksud dari niat Sunan Kalijaga, tapi memberikan sedekah kepada orang dengan cara merampok orang lain sama saja dengan membersihkan pakaian dengan air kencing.

Setelah bertemu dengan Sunan Bonang itulah, Sunan Kalijaga lalu bertobat dan berjanji tidak mengulangi perbuatannya lagi. Beliau pun menjadi murid dari Sunan Bonan.

Berdakwah dengan Menggunakan Wayang

Berdakwah Menggunakan Wayang
Berdakwah Menggunakan Wayang

Sunan Kalijaga sangat dikenal oleh masyarakat sebagai dalang yang handal.

Beliau bisa mendalang dengan sangat baik. Saat beliau mendalang tersebut, disisipkanlah unsur-unsur serta ajaran Islami.

Jadi secara tidak langsung, masyarakat akan mulai mengetahui tentang ajaran Islam melalui pertunjukan wayang yang digelar oleh Sunan Kalijaga.

Masyarakat Jawa yang pada masa itu sangat menyukai wayang akhirnya mulai berbondong-bondong untuk datang menonton pertunjukan wayang dari Sunan Kalijaga.

Banyaknya penonton yang datang untuk menyaksikan pertunjukan wayang Sunan Kalijaga tidak hanya karena beliau mahir dalam mendalang, tetapi juga karena tiket masuknya ini gratis alias tidak dipungut biaya sepeser pun.

Hal ini membuat semua kalangan masyarakat, terutama kalangan bawah pun bisa menikmati pertunjukan wayang sebagai hiburan tanpa perlu membayar.

Tapi ada syarat yang diberlakukan oleh Sunan Kalijaga bagi orang-orang yang ingin menonton pertunjukan wayangnya, yakni mengucapkan dua kalimat syahadat sebagai tiket masuk.

Pertunjukan Wayang Sunan Kalijaga Memadukan Naskah Kuno dengan Ajaran Islam

Tentu tidak mudah bagi masyarakat Jawa yang pada saat itu menganut animisme untuk menerima ajaran Islam.

Oleh karena itu, supaya masyarakat Jawa bisa menerima secara pelan-pelan agama Islam, Sunan Kalijaga pun memadukan naskah kuno dengan ajaran Islam dalam pertunjukan wayangnya.

Naskah kuno yang dipentaskan seperti lakon Dewa Ruci, Layang Kalimasada, Lakon Petruk menjadi Raja, dan lain sebagainya. Nanti di dalamnya akan disisipkan ajaran-ajaran kebaikan dari Islam.

Selain itu, Sunan Kalijaga juga menambahkan karakter-karakter baru yang hingga saat ini masih sangat populer seperti Semar, Bagong, Petruk, dan Gareng.

Sunan Kalijaga Juga Menggunakan Kesenian Lain dalam Berdakwah

Ternyata tidak hanya menggunakan wayang dalam berdakwah, tapi Sunan Kalijaga juga menggunakan jenis kesenian lainnya seperti tembang. Beberapa tembang ternama yang masih sering dinyanyikan oleh masyarakat Jawa adalah ilir-ilir.

Dalam lagu lir-ilir tersiratkan makna kalau kita diharapkan bisa bangun dari kesedihan, berjuang untuk mendapatkan kebahagiaan, mengumpulkan amalan kebaikan sebanyak mungkin, dan lain sebagainya.

Selain membuat tembang, Sunan Kalijaga juga bekerjasama dengan seniman dalam membuat topeng, pakaian untuk pementasan kesenian, dan lain sebagainya.

Cara berdakwahnya yang menggunakan kesenian ini dipengaruhi dari ajaran Sunan Bonang yang juga sama-sama menggunakan seni dalam berdakwah.