Tradisi Mulutan (Maulid Nabi) di Bangkalan Madura
Sebagai orang Madura memang selayaknya harus memelihara dan menjaga tradisi turun temurun dari nenek moyang kita terdahulu. Termasuk ketika Bulan Maulid Nabi Muhammad tiba atau dalam bahasa maduranya "Molodhen", dan pastinya banyak kebiasaan unik dari masyarakat Madura dalam rangka menyambut Maulud Nabi Muhammada SAW pada tanggal 12 Rabi’ul Awal.
Sering kali kita mendengar bacaan Shalawat selalu dikumandangkan dari masjid, mushalla, madrasah atau bahkan dari rumah-rumah penduduk. Masyarakat Bangkalan memang memiliki tradisi Molodhen yang cukup kental.
Maulid Nabi di Bangkalan Madura |
Hampir sebulan penuh mereka berganti-ganti dari satu rumah ke rumah lainnya dalam rangka menyambut dan merayakan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW dan tentunya dengan cara dan bentuk yang beragam, dari yang biasa sampai yang luar biasa, dari yang kecil-kecilan sampai yang besar-besaran, dari yang di rumah sampai yang di lapangan.
Sebelum perayaan Molodhen tersebut dimulai biasanya para ibu-ibu dan remaja putri biasanya datang ke masjid atau mushalla dengan menyunggi talam yang di atasnya berisi tumpeng serta aneka macam buah-buahan yang dikenal dengan istilah "Cocokan/Cocoghen" yang nantinya setelah selesai pembacaan doa, tumpeng dan buah-buahan tersebut dibagikan kembali kepada undangan yang datang dalam Molodhen tersebut.
Pada saat pembacaan shalawat Nabi, tumpeng-tumpeng tersebut dijajarkan di tengah orang-orang yang melingkar untuk didoakan. Setelah selesai, tumpeng-tumpeng itu kemudian dibelah-belah dan dimakan bersama-sama dan buah-buahan dibagi rata kepada undangan yang hadir di acara tersebut.
Kemeriahan pada perayaan tersebut terasa sekali ketika acara pembacaan Syarofal Anam dibacakan, tiba-tiba para undangan yang hadir sontak berdiri dan saling berebutan aneka macam benda yang tergantung di atas kepala mereka.
Baca juga : Peninggalan Cakra Ningrat VIII (Raden Moh. Ismail)
biasanya yang diperebutkan diantara lain berupa balon, sisir, korek, sendok, sapu tangan, pensil, gantungan kunci, mainan anak dan masih banyak lagi. Ada juga berupa “Slabet” yakni amplop berisi uang yang akan dibagikan kepada setiap undangan yang hadir dan wangi-wangian yang disemprotkan ke pakaian masing-masing undangan.
Bukan kemewahan atau sejenisnya yang kita nilai dari artikel tersebut diatas namun perayaan Molodhen tersebut hanyalah sebatas untuk mengenang hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Tentu saja tidak hanya mengingat hari lahir Beliau.
Tapi juga mengingat jasa-jasa Beliau yang telah menyebarkan agama Islam ke seluruh dunia termasuk kepada kita. Ingat juga pada sifat-sifatnya yang luhur budi, penyabar, rendah hati dan lain lain. Sikapnya yang tegas menyebarkan dakwah Islam patut kita teladani. Makna peringatan maulid adalah menyegarkan kembali ingatan kita akan ajaran Nabi dan kita harus siap untuk melaksanakannya.