-->

Tradisi Toron Tana Untuk Bayi Suku Madura, Apa Perlengkapanya?

Tradisi untuk bayi yang baru pertama kali menginjak tanah di madura masih menjadi suatu kewajiban.

Selain Karapan Sapi, Tradisi Toron Tana adalah salah satu adat dan kebiasaan orang Madura yang sampai hari ini masih sangat terjaga kelestariannya. 

Upacara Toron Tana ini biasanya dilakukan atau diadakan ketika bayi (anak) berusia 7 bulan dan nantinya si bayi diperbolehkan menyentuh tanah untuk belajar berjalan.

Sesuai dengan namanya Toron Tana merupakan bahasa madura, berasal dari kata Toron yang berarti 'turun' dan Tana yang berarti 'tanah', dengan begitu Toron Tana ini bisa diartikan hari dimana bayi yang berumur 7 bulan sudah diperbolehkan untuk menyentuh tanah untuk belajar berjalan. 

Bahkan ada sebagian masyarakat yang sama sekali tidak memperbolehkan bayi mereka menyentuh tanah sebelum diadakan upacara tersebut. 

Hal ini menjadi sangat sakral karena Toron Tana menurut dalil masyarakat Madura yang berkembang merupakan saat dimana anak sudah bisa menginjakkan kaki ditanah, maka saat itu pula semua tugas kehidupan harus ddipikul dengan penuh tanggung jawab.

Beberapa masyarakata melakukan upacara ini dirumah dengan mengundang tetangga-tetangga dekat, sebagian mengadakan upacara ini dengan membawa bayi ke tempat wisata religi seperti makan Syaikhona Kholil atau makam Sunan-Sunan. 

Menurut kepercayaan, menentukan harinya pun tidak bisa sembarangan, orang tua yang akan melakukan upacara ini untuk anak mereka akan mencari 'hari baik' agar terhindar dari hal buruk. Biasanya 'hari baik' itu sendiri bisa didapat dari tetua kampung yang ada di daerah tersebut. 

{tocify} $title={Daftar isi :}

Seperti Apa Tepatnya Prosesi Toron Tana itu? 

Perlengkapan Apa yang Perlu di Persiapkan?

Sebelum melakukan upacara Toron Tana ada beberapa perlengkapan yang perlu dipersiapkan antara lain bubur yang sudah dibungkus daun pisang atau biasa disebut 'Taker' untuk nanti diinjak oleh si bayi, lalu diatas nampan diletakan benda-benda seperti Al-qur'an, tasbih, bulpen, sisir, uang kertas dan hasil panen seperti jagung atau bahan pokok makanan lainnya.

Setelah semuanya sudah dipersiapkan, maka acara akan dimulai dengan pembacaan doa-doa seperti membaca tahlil dan yasin oleh keluarga dan tamu undangan. Sementara doa-doa dibacakan si bayi akan dipangku oleh anggota keluarga. 

Apabila pembacaan doa-doa sudah selesai dibacakan, maka si anak akan diarahkan untuk menginjak tanah dan bubur diatas taker yang sebelumnya sudah disiapkan. 

Selanjutnya anak akan didudukkan didepan nampan yang sudah berisi barang-barang seperti Al-Qur'an dan barang lain yang telah disebutkan diatas. Si anak akan diarahkan untuk mengambil salah satu barang yang terletak diatas nampan.

Menurut kepercayaan masyarakat madura, barang pertama yang diambil oleh si anak akan berpengaruh terhadap kehidupan profesi pekerjaannya di masa depan. 

Jika si anak mengambil Al-qur'an, maka dimasa depan akan menjadi orang yang cinta Al-qur'an atau bahkan menjadi seorang Hafidz yang soleh, apabila anak tersebut mengambil bolpen maka dimasa depan akan menjadi pelajar yang rajin dan sukses. 

jika yang diambil adalah uang maka keluarga akan berharap anak tersebut akan menjadi orang yang terhormat dan kaya, dan jika yang diambil merupakan hasil panen maka diharapkan anak tersebut akan menjadi seorang petani yang hidupnya sejahtera dan makmur.

Pada intinya semua barang yang diletakan diatas nampan tadi merupakan wujud doa dan harapan baik untuk anak tersebut agar dimasa depan menjadi orang yang sukses dan bermanfaat bagi dirinya sendiri, keluarga dan masyarakat umum.

Apabila semua prosesi acara sudah dilaksanakan, maka upacara Toron Tana sudah dianggap selesai dan bubur tadi akan diletakan di padengdeng (pertigaan jalan yang memang biasa dijadikan tempat peletakan sesajen oleh masyarakat terdahulu), sementara sisa-sisa barang yang diatas nampan akan diberikan kepada undangan yang hadir.