-->

8+ Kebudayaan Suku Madura Yang Sudah Menjadi Adat Istiadat

Suku Madura termasuk salah satu yang terbesar di Indonesia. Mereka memiliki banyak kesenian dan kebudayaan yang sudah sejak lama.

Orang Madura sudah menyebar tinggal di Indonesia. Bahkan ada yang di luar negeri. Suku Madura mayoritas tinggal di bagian timur Jawa Timur.

Jumlah yang paling banyak yakni di Situbondo, Bondowoso, sebelah timur Probolinggo, utara Lumajang, dan utara Jember.

Ada juga yang tinggal di wilayah yang disebut Tapal Kuda yakni dari Pasuruan sampai utara Banyuwangi.

1. Karapan Sapi

Kerapan Sapi 
Karapan Sapi adalah budaya suku Madura yang digelar setiap tahun pada bulan Agustus atau September. 

Pada perlombaan ini, sepasang sapi menarik semacam kereta dari kayu dipacu dalam lomba adu cepat melawan pasangan-pasangan sapi lain. Trek pacuan tersebut biasanya sekitar 100 meter.

Lomba pacuan dapat berlangsung sekitar sepuluh detik sampai satu menit. Beberapa kota di Madura menyelenggarakan karapan sapi pada bulan Agustus dan September setiap tahun.

Final pertandingan itu pada akhir September atau Oktober di eks Kota Karesidenan, Pamekasan untuk memperebutkan piala bergilir presiden. Kini piala itu berganti nama menjadi piala gubernur.


2. Clurit

Celurit 
Suku Madura memiliki senjata tradisional khas yang disebut clurit. Bentuk Clurit mirip dengan arit di suku Jawa yang biasa digunakan untuk bertani dan berkebun. 

Bedanya, clurit dari Madura lebih ramping dengan lingkar lengkung yang lebih tipis. Ujung clurit juga lebih lancip. Gagang clurit terbuat dari besi atau kayu.

3. Carok

Carok 

Budaya suku Madura berikutnya yakni tradisi carok. Carok adalah duel sampai mati dengan menggunakan senjata tajam yakni celurit. Orang Madura memiliki watak keras dan mengedepankan harga diri. Karena itu, masalah diselesaikan dengan cara kekerasan.

Carok biasanya terjadi menyangkut masalah-masalah terkait kehormatan atau harga diri bagi orang Madura, seperti perselingkuhan dan harkat martabat atau kehormatan keluarga. Meski mayoritas suku Madura beragama Islam namun secara individual banyak yang masih memegang tradisi carok.

4. Haji Tujuan Akhir

Haji 
Budaya Suku Madura lainnya yakni haji sebagai tujuan akhir. Suku Madura dikenal hemat dan ulet dalam berusaha, bekerja, atau berdagang. Meski gajinya kecil namun mereka menyisihkan sedikit penghasilannya untuk simpanan naik haji.

Predikat haji di Madura masih menjadi kebanggaan tersendiri. Bahkan mereka lebih mengutamakan Lebaran Haji dibanding Lebaran Idul Fitri.

Suku Madura tidak akan pulang kampung pada Lebaran Idul Fitri. Mereka akan pulang kampung pada Lebaran Haji.

5. Toktok

Tok Tok 

Tradisi Toktok adalah kompetisi aduan sapi. Dua sapi saling berhadapan dan saling seruduk. Sapi yang diadu biasanya sapi jantan. Kedua sapi beradu kekuatan hingga salah satu menyerah bahkan lari dari lawannya.

Aduan Toktok ini harus didampingi wasit. Namun tidak sembarang orang bisa menjadi wasit. Sebab hal itu akan membahayakan orang yang sedang menonton.

6. Rokat

Rokat 
Rokat adalah upacara petik laut yang biasa disebut Rokat Tase. Tradisi ini merupakan ungkapan rasa syukur atas karunia dan nikmat yang diberikan oleh Tuhan Tradisi ini juga dipercaya dapat memberikan keselamatan dan kelancaran rezeki.

Tradisi rokat dimulai dengan acara pembacaan istighosah dan tahlil bersama masyarakat dengan dipimpin pemuka agama.

Setelah itu, masyarakat menghanyutkan sesaji ke laut sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan. Isi dari sesaji itu adalah tumpeng, ketan berwarna-warni, dan ikan-ikan.

7. Mondok

Mondok 

Mayoritas suku Madura beragama Islam. Madura memiliki ratusan pondok pesantren Islam. Sudah menjadi kebiasaan suku Madura untuk menyekolahkan anak-anaknya ke pondok pesantren.

Suku Madura beranggapan ilmu agama lebih penting daripada ilmu dunia. Mereka menyebutnya dengan istilah mondok daripada menyekolahkan anak-anak ke sekolah-sekolah umum.

Bahkan suku Madura terbiasa melepas anak-anak untuk mondok sejak usia kecil. Anak-anak mondok tidak hanya di sekitaran pulau Madura tetapi hingga ke wilayah-wilayah Jawa Timur berbasis pondok pesantren Islam.


8. Patuh pada Kiai

Patuh sama Guru

Kebudayaan suku Madura lainnya yakni patuh pada kiai. Kebiasaan mondok dan keteguhan pada ajaran Islam membuat suku Madura tunduk dan patuh pada kiai.

Kiai merupakan sosok yang sangat dihormati oleh orang suku Madura. Bahkan ada pepatah, sejahat-jahatnya orang Madura, mereka akan tetap patuh dan tidak berani melawan kiai dan guru.